BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.
Hubungan dan
proses konseling dalam teori dan praktek sangat berkaitan dengan kejiwaan
manusia baik dalam masalah kebutuhan maupun konsep diri, perilaku manusia akan
mengikuti kebutuhanya, dari kehendak maupun angan-angan. Penyesuian diri
merupakan suatu proses dinamik yang terjadi terus-menerus, dengan itu orang
mengubah perilakunya untuk mendapatkan hubungan yang lebih baik antara
dirinya dan lingkungan.
Dan dari
syarat-syarat terpenting untuk mendapatkan penyesuaian diri itu adalah agar
lingkungan di mana individu itu hidup dapat membantunya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya yang bermacam-macam. Jika individu tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dalam lingkungan itu, maka ia akan dihadapkan dengan berbagai faktor
penghambat dan penekan yang biasanya menyebabkan terjadinya kegoncangan dalam
keseimbangan atau ketidak serasian. Dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai hubungan
dan proses konseling
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa makna hubungan konseling ?
2.
Apa hubungan agama dan konseling ?
3.
Bagaimana mengembangkan hubungan konseling ?
4.
Bagaimana menciptakan rapport ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Makna
Hubungan Konseling
Pengertian
hubungan konseling secara umum dipakai oleh semua kaum profesional yang
melayani manusia, seperti profesi konselor, dokter, dan sebagainya. Hubungan
konseling adalah hubungan yang membantu, artinya pembimbing berusaha membantu
si terbimbing agar tumbuh, berkembang, sejahtera, mandiri.
Shertzer
dan Stone (1980) mendefinisikan hubungan konseling yaitu: “interaksi antara
seseorang dengan orang lain yang dapat menunjang dan memudahkan secara positif
bagi perbaikan orang tersebut”. Orang-orang yang membantu itu adalah kaum
profesional yang kegiatannya adalah untuk memudahkan orang lain dalam memahami,
mengubah, atau untuk memperkaya prilakunya, sehingga terjadi perubahan positip.
Kaum profesional ini tertarik kepada perilaku manusia yaitu, perasaan, sikap,
motif, ide, kebutuhan, pengetahuan, dan seluruh kehidupan manusia.
Rogers
mendefinisikan hubungan konseling ssebagai: “Hubungan seorang dengan orang
lain yang datang dengan maksud tertentu”. Hubungan itu bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kematangan, memperbaiki fungsi, dan
memperbaiki kehidupan. Sedangkan sifat dari hubungan konseling adalah
menghargai, terbuka, fungsional untuk menggali aspek-aspek terselubung
(emosional, ide, sumber-sumber informasi dan pengalaman, dan potensi secara
umum).
Tujuan
utama konseling adalah untuk memudahkan perkembangan individu. Hubungan
konseling terjadi juga pada relasi guru-siswa, orang tua-anak, suami-isteri,
dan sebagainya.
B.Hubungan
Konseling dan Agama
Konselor
yang telah lama dilindungi referensi dari Barat, besar kemungkinan akan
mempengaruhi prilakunya, terhadap yang muslim akan bisa mengembangkan konseling
Islami. Padahal banyak sekali ayat-ayat Allah dan hadis Rasulullah yang dapat
memberikan banyak kontribusi terhadap proses konseling, dan terhadap klien. Sebagai
contoh, Allah berfirman dalam Surat Saba’ ayat 28: “dan kami tidak mengutus
engkau (Muhammad) kecuali kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa gembira
dan peringatan”.
Dari
firman ini dapat kita ambil makna bahwa:
1.
Ajaran Islam
yang dibawa oleh Rasulullah adalah sebagai bimbingan kepada seluruh umat
manusia.
2.
Dalam bimbingan
Rasul tersebut, pertama kali haruslah dengan memberi kegembiraan. Arti
kegembiraan adalah bahwa orang yang dibimbing itu harus merasa senang dengan
pembimbing. Jika dia sudah merasa senang, maka dia akan suka atau senang
mengemukakan semua perasaannya, termaksud masalahnya dan potensinya.
3.
Selanjutnya
oleh Rasulullah akan diberi bantuan sesuai dengan masalah saatnya diberi
peringatan, mungkin berupa nasihat, pikiran, atau aturan-aturan agama harus
dipatuhinya.
Jadi
dalam hubungan konseling, sebaiknya konselor tidak memulai perlakuan (treatment)kepada
kelemahan, masalah, kesulitan klien. Akan tetapi sebaiknya dimulai dari hal-hal
yang membahagiakan klien seperti keberhasilan diri dan keluarga, prestasi hobi
(seni dan olahraga), bakat dan minat klien tersebut.
Karena itu harus ada upaya yang baru yang
bertujuan agar klien senang berbicara dengan konselor yaitu memulai treatmentdari
hal yang yang menggembirakannya. Sebagai contoh jika seorang klien mempunyai
kelemahan 75% dan potensinya hanya 25%, maka konselor akan memberikan perlakuan
utama terhadap potensi 25%. Alasannya adalah jika konselor berdialog dengan
klien tentang potensi yang 25% (menggembirakan) maka klien akan senang
membicarakan hal tersebut, misalnya tentang prestasi olahraga yang pernah
diraih klien.
C.Mengembangkan Hubungan Konseling
Mengembangkan
hubungan konseling adalah upaya konselor untuk meningkatkan keterlibatan dan
keterbukaan klien, sehingga akan memperlancar proses konseling, dan segera mencapai
tujuan konseling yang diinginkan klien atas bantuan konselor. Bentuk utama
hubungan konseling adalah pertemuan pribadi dengan pribadi (konselor-klien)yang
dilatarbelakangi oleh lingkungan (internal-eksternal).
Menurut Barbara Okun (1987:22) jika terjadi
hubungan konseling maka yang berhadapan adalah helper’s environment
dengan helpee’s environment, dimana terdapat aspek-aspek: sikap,
kebutuhan, nilai, keyakinan, dan keperdulian (concern) pada diri klien.
Sedangkan pada diri konselor terdapat aspek “sikap, kebutuhan, nilai,
keyakinan, dan keterampilan.
Menurut penulis ini, bahwa hubungan
konseling dimulai pertemuan konselor-klien dan fokus perhatian adalah pada
keperdulian klien. Keperdulian tersebut bisa berbentuk isu gejala, atau
masalah.
Dari bagian tersebut jelas bahwa kehadiran klien memang secara
sukarela dan ingin meminta bantuan. Sehingga concern (keperdulian) atau
isu yang sedang dirasakan klien segera dapat terungkap. Akan tetapi jika klien
datang dengan enggan maka konselor harus mempunyai strategi yang tepat untuk
membuat dia (klien) terlibat dalam diskusi dengan konselor. Hubungan konseling
harus dikembangkan menjadi lebih kondusif untuk klien bisa terbuka. Di sinilah
dituntut skills dan pengalaman konselor. Antara lain adalah kemampuan untuk
menangkap perilaku nonverbal klien. Konselor harus akurat dalam menebak keadaan
emosioanal, buah pikiran, atau isi hati klien yang terlihat dalam bahasa tubuh
seperti roman muka, sorot mata, gerak tubuh, cara duduk dan sebagainya. Bagi klien
enggandapat pula dilakukan negosiasi sebelum proses konseling.
Keterbukaan klien juga ditentukan oleh bahasa tubuh konselor. Untuk
menciptakan situasi kondusif bagi keterbukaan dan kelancaran proses konseling,
maka sifat-sifat empati, jujur, asli, mempercayai. Tolernasi, respek, menerima,
dan komitmenn terhadap hubungan konseling, amat diperlukan dikembangkan terus
oleh konselor.
D.Menciptakan Rapport
Tujuan
helping relationship atau hubungan konseling adalah untuk dapat memenuhi
kebutuhan helpee(klien) dan bukan untuk memenuhi kebutuhan konselor (helper).
Secara luas dikatakan bahwa klien harus dapat mempunyai tanggung jawab mengenai
dirinya, dan membuat keputusan, berdasaekan alternatif-alternatif yang dia
tentukan atas bantuan hubungan konseling harus jadi rapport antara klien
dan konselor.
Rapportadalah suatu hubungan (relationship)yang ditandai dengan
keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapportdimulai
dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah terjadi
persetujuan dan rasa persamaan, timbulan kesukaan terhadap satu sama lain.
Didalam
kehidupan sehari-hari ada dua cara kita melihat orang lain.
Melihat dari perbedaan. Cara melihat
ini diwariani oleh perasaan egosentrisme yakni melihat orang lain dari
kelemahannya, atau keburukannya. Dan mengangap dirinya sendiri adalah yang
serba hebat, pandai, terhormat, mulia, dan sebagainya.sebagai manusia,kita
harus kuat dalam mengembangkan sikap berbagai dengan sesama. Kita merasakan
bahwa pada orang lain,dan pada orang lain juga ada hak-hak orang lain lagi.
Jika akan muncul rasa kebersamaan dan semangat tolong menolong. Ibaratnya kita
membangun suatu bangunan besar,maka kita harus saling tolong menolong. Didalam
konseling seorang harus mampu menciptakan rapport. Bagaimana caranya:
·
Pribadi
konselor harus empati,merasakan apa yang dirasakan kliennya. Dia juga harus
terbuka,menerima tanpa syarat,dan mempunyai rasa hormat dan menghargai
·
Konselor harus
mampu membaca perilaku nonverbal klien.terutamayang berhubungan dengan bahasa
lisannya
·
Adanya rasa
kebersamaan,intim,akrab, dan minat membantu tanpa pamrih. Artinya ada
keikhlasan,kerelaan, dan kejujuran pada diri konselor.
E. Hubungan Konseling dan Keterlibatan klien.
Jika
terjadi rappot dalam hubungan konseling, berarti hubungan tersebut
mencapai puncak. Artinya dalam kondisi ini, kondusif sekali bagi terterbukaan
klien. Klien telat mulai membuang selubung resistensinya dan keengganannya, dan
memasuki keterbukaan (disclosure). Jika klien sudah terbuka, maka dy
akan terlibat dengan diskusi bersama konselor. Sebab dy sudah mempercayai
konselor.
Ada
beberapa hal yang perlu di pelihara dalam hubungan konseling yakni:
1.
Kehangatan,
artinya konselor mrmbuat situasi hubungan konseling itu demikian hangat bergairah,
bersemangat.
2.
Hubungan rasa
empatik, yaitu konselor merasakan apa yang dirasakan klien, dan memahami akan
keadaan diri serta masalah yang dihadapi.
3.
Keterlibatan
klien, yaitu terlihat klien bersungguh-sungguh mengikuti proses konseling
dengan jujur mengumukakan persoalannya, perasaan nya, dan
G.PROSES
KONSELING
Proses
konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik.menurut
brammer(1979) proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan
memberi makna bagi peserta konseling tersebut (konselor dan klien.)
Setiap tahapan proses konseling membuktikan
keterampilan-keterampilan khusus. Namun keterampilan-keterampilan itu bukanlah
yang utama jika hubungan konseling tidak mencapai rapport.dinamika hubungan
konseling ditentukan oleh penggunaan keterampilan konseling yang bervariasi.
Secara umum proses konseling dibagi
atas tiga tahapan:
·
Tahap awal
konseling
Tahap ini terjadi sejak klien
menemui konselor hingga berjalan proses konseling sampai konselor dan klien
menemukan definisi masalah klien atas dasar isu,keperdulian,atau masalah
klien.adapun proses konseling tahap awal dilakukan konselor sebagai berikut:
(1)
Membangun
hubungan konseling yang melibatkan klien
Hubungan
konseling yang bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan
konselor.hubungan tersebut dinamakan a working relationship.hubungan yang
berfungsi,bermakna,berguna keberhasilan proses konseling amat ditentukan oleh
keberhasilan tahap awal ini.
Kunci
keberhasilannya terletak pada: pertama, keterbukaan konselor. Kedua,keterbukaan
klien artinya dia dengan jujur mengungkapkan isi hati,perasaan,harapan,dan
sebagainya.namun keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor.
(2)
Memperjelas dan
mendefinisikan masalah
Jika hubungan
konseling telah terjalin dengan baik dimana klien telah melibatkan diri,
berarti kerjasama antara konselor dengan klien akan dapat mengangkat
isu,kepedulian,atau masalah yang ada pada klien.
Sering klien
tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya,walaupun mungkin dia hanya mengetahui
gejala-gejala yang dialaminya.karena itu amatlah penting peran konselor untuk membantu memperjelas masalah
klien.demikian pula klien tidak memahami potensi apa yang dimilikinya, maka
tugas konselorlah untuk membantu mengembangkan potensi,memperjelas masalah,dan
membantu mendefinisikan masalahnya bersama-sama
(3)
Membuat
penaksiran dan penjajahan
Konselor
berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan mengembangkan isu atau masalah,
dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan,yaitu dengan membangkitkan semua
potensi klien,dan dia menentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi
antisipasi masalah.
(4)
Menegosiasikan
kontak
Kontrak artinya
perjanjian antara konselor dengan klien. Hal itu berisi: kontrak waktu ,
artinya berapa lama diinginkan waktu pertemuan .
2.
TAHAP PERTENGAHAN (TAHAP KERJA)
Berangkat dari definisi masalah
klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan
pada :
(1)
Penjelajahan
masalah klien
(2)
Bantuan apa
yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajahi
tentang masalah klien.
3.TAHAP
AKHIR KONSELING (TAHAP TINDAKAN)
Pada tahap akhir konseling ditandai
beberapa hal yaitu:
Ø Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor
menanyakan keadaan kecemasaanya
Ø Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif,sehat dan
dinamik
Ø Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang
jelas.
Ø Terjadinya perubahan sikap positif,yaitu mulai dapat mengoreksi
diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar,seperti orang tua,
guru, teman keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari materi
hubungan dan proses konseling bahwa hubungan seorang dengan orang lain yang
datang dengan maksud tertentu hubungan itu bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan perkembangan,kematangan,memperbaiki fungsi,dan memperbaiki kehidupan
seseorang jauh lebih baik.
Menurut PROF.DR.SOFYAN S. WILLIS
antara lain :
1. Makna
hubungan konseling
2. Hubungan
konseling dan agama
3. Mengembangkan
hubungan konseling
4. Menciptkan
rapport
5. Hubungan
konseling dan keterlibatkan klien
6. Konselor
yang resistensi
7. Proses
konseling
Konsep ini mempunyai
peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Individu memandang atau
menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata
lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai
dirinya sendiri agar menuju yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Stewart,Norman R.,systematic
counseling,prentice-hall,inc.,englewood cliffs,new jersey,1978