Sabtu, 12 Mei 2018

Konseling individu



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah.
Hubungan dan proses konseling dalam teori dan praktek sangat berkaitan dengan kejiwaan manusia baik dalam masalah kebutuhan maupun konsep diri, perilaku manusia akan mengikuti kebutuhanya, dari kehendak maupun angan-angan. Penyesuian diri merupakan suatu proses dinamik yang terjadi terus-menerus, dengan itu orang mengubah perilakunya untuk mendapatkan hubungan yang lebih baik antara dirinya  dan lingkungan.
Dan dari syarat-syarat terpenting untuk mendapatkan penyesuaian diri itu adalah agar lingkungan di mana individu itu hidup dapat membantunya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang bermacam-macam. Jika individu tidak dapat memenuhi kebutuhannya dalam lingkungan itu, maka ia akan dihadapkan dengan berbagai faktor penghambat dan penekan yang biasanya menyebabkan terjadinya kegoncangan dalam keseimbangan atau ketidak serasian. Dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai hubungan dan proses konseling
B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa makna hubungan konseling ?
2.      Apa hubungan agama dan konseling ?
3.      Bagaimana mengembangkan hubungan konseling ?
4.      Bagaimana menciptakan rapport ?








BAB II
PEMBAHASAN
A.Makna Hubungan Konseling
Pengertian hubungan konseling secara umum dipakai oleh semua kaum profesional yang melayani manusia, seperti profesi konselor, dokter, dan sebagainya. Hubungan konseling adalah hubungan yang membantu, artinya pembimbing berusaha membantu si terbimbing agar tumbuh, berkembang, sejahtera, mandiri.
Shertzer dan Stone (1980) mendefinisikan hubungan konseling yaitu: “interaksi antara seseorang dengan orang lain yang dapat menunjang dan memudahkan secara positif bagi perbaikan orang tersebut”. Orang-orang yang membantu itu adalah kaum profesional yang kegiatannya adalah untuk memudahkan orang lain dalam memahami, mengubah, atau untuk memperkaya prilakunya, sehingga terjadi perubahan positip. Kaum profesional ini tertarik kepada perilaku manusia yaitu, perasaan, sikap, motif, ide, kebutuhan, pengetahuan, dan seluruh kehidupan manusia.
Rogers mendefinisikan hubungan konseling ssebagai: “Hubungan seorang dengan orang lain yang datang dengan maksud tertentu”. Hubungan itu bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kematangan, memperbaiki fungsi, dan memperbaiki kehidupan. Sedangkan sifat dari hubungan konseling adalah menghargai, terbuka, fungsional untuk menggali aspek-aspek terselubung (emosional, ide, sumber-sumber informasi dan pengalaman, dan potensi secara umum).
Tujuan utama konseling adalah untuk memudahkan perkembangan individu. Hubungan konseling terjadi juga pada relasi guru-siswa, orang tua-anak, suami-isteri, dan sebagainya.
B.Hubungan Konseling dan Agama
            Konselor yang telah lama dilindungi referensi dari Barat, besar kemungkinan akan mempengaruhi prilakunya, terhadap yang muslim akan bisa mengembangkan konseling Islami. Padahal banyak sekali ayat-ayat Allah dan hadis Rasulullah yang dapat memberikan banyak kontribusi terhadap proses konseling, dan terhadap klien. Sebagai contoh, Allah berfirman dalam Surat Saba’ ayat 28: “dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa gembira dan peringatan”.
            Dari firman ini dapat kita ambil makna bahwa:
1.      Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah sebagai bimbingan kepada seluruh umat manusia.
2.      Dalam bimbingan Rasul tersebut, pertama kali haruslah dengan memberi kegembiraan. Arti kegembiraan adalah bahwa orang yang dibimbing itu harus merasa senang dengan pembimbing. Jika dia sudah merasa senang, maka dia akan suka atau senang mengemukakan semua perasaannya, termaksud masalahnya dan potensinya.
3.      Selanjutnya oleh Rasulullah akan diberi bantuan sesuai dengan masalah saatnya diberi peringatan, mungkin berupa nasihat, pikiran, atau aturan-aturan agama harus dipatuhinya.
Jadi dalam hubungan konseling, sebaiknya konselor tidak memulai perlakuan (treatment)kepada kelemahan, masalah, kesulitan klien. Akan tetapi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang membahagiakan klien seperti keberhasilan diri dan keluarga, prestasi hobi (seni dan olahraga), bakat dan minat klien tersebut.
      Karena itu harus ada upaya yang baru yang bertujuan agar klien senang berbicara dengan konselor yaitu memulai treatmentdari hal yang yang menggembirakannya. Sebagai contoh jika seorang klien mempunyai kelemahan 75% dan potensinya hanya 25%, maka konselor akan memberikan perlakuan utama terhadap potensi 25%. Alasannya adalah jika konselor berdialog dengan klien tentang potensi yang 25% (menggembirakan) maka klien akan senang membicarakan hal tersebut, misalnya tentang prestasi olahraga yang pernah diraih klien.

C.Mengembangkan Hubungan Konseling
      Mengembangkan hubungan konseling adalah upaya konselor untuk meningkatkan keterlibatan dan keterbukaan klien, sehingga akan memperlancar proses konseling, dan segera mencapai tujuan konseling yang diinginkan klien atas bantuan konselor. Bentuk utama hubungan konseling adalah pertemuan pribadi dengan pribadi (konselor-klien)yang dilatarbelakangi oleh lingkungan (internal-eksternal).
      Menurut Barbara Okun (1987:22) jika terjadi hubungan konseling maka yang berhadapan adalah helper’s environment dengan helpee’s environment, dimana terdapat aspek-aspek: sikap, kebutuhan, nilai, keyakinan, dan keperdulian (concern) pada diri klien. Sedangkan pada diri konselor terdapat aspek “sikap, kebutuhan, nilai, keyakinan, dan keterampilan.
      Menurut penulis ini, bahwa hubungan konseling dimulai pertemuan konselor-klien dan fokus perhatian adalah pada keperdulian klien. Keperdulian tersebut bisa berbentuk isu gejala, atau masalah.
Dari bagian tersebut jelas bahwa kehadiran klien memang secara sukarela dan ingin meminta bantuan. Sehingga concern (keperdulian) atau isu yang sedang dirasakan klien segera dapat terungkap. Akan tetapi jika klien datang dengan enggan maka konselor harus mempunyai strategi yang tepat untuk membuat dia (klien) terlibat dalam diskusi dengan konselor. Hubungan konseling harus dikembangkan menjadi lebih kondusif untuk klien bisa terbuka. Di sinilah dituntut skills dan pengalaman konselor. Antara lain adalah kemampuan untuk menangkap perilaku nonverbal klien. Konselor harus akurat dalam menebak keadaan emosioanal, buah pikiran, atau isi hati klien yang terlihat dalam bahasa tubuh seperti roman muka, sorot mata, gerak tubuh, cara duduk dan sebagainya. Bagi klien enggandapat pula dilakukan negosiasi sebelum proses konseling.
Keterbukaan klien juga ditentukan oleh bahasa tubuh konselor. Untuk menciptakan situasi kondusif bagi keterbukaan dan kelancaran proses konseling, maka sifat-sifat empati, jujur, asli, mempercayai. Tolernasi, respek, menerima, dan komitmenn terhadap hubungan konseling, amat diperlukan dikembangkan terus oleh konselor.

D.Menciptakan Rapport
            Tujuan helping relationship atau hubungan konseling adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan helpee(klien) dan bukan untuk memenuhi kebutuhan konselor (helper). Secara luas dikatakan bahwa klien harus dapat mempunyai tanggung jawab mengenai dirinya, dan membuat keputusan, berdasaekan alternatif-alternatif yang dia tentukan atas bantuan hubungan konseling harus jadi rapport antara klien dan konselor.
Rapportadalah suatu hubungan (relationship)yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapportdimulai dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan rasa persamaan, timbulan kesukaan terhadap satu sama lain.
Didalam kehidupan sehari-hari ada dua cara kita melihat orang lain.
Melihat dari perbedaan. Cara melihat ini diwariani oleh perasaan egosentrisme yakni melihat orang lain dari kelemahannya, atau keburukannya. Dan mengangap dirinya sendiri adalah yang serba hebat, pandai, terhormat, mulia, dan sebagainya.sebagai manusia,kita harus kuat dalam mengembangkan sikap berbagai dengan sesama. Kita merasakan bahwa pada orang lain,dan pada orang lain juga ada hak-hak orang lain lagi. Jika akan muncul rasa kebersamaan dan semangat tolong menolong. Ibaratnya kita membangun suatu bangunan besar,maka kita harus saling tolong menolong. Didalam konseling seorang harus mampu menciptakan rapport. Bagaimana caranya:
·         Pribadi konselor harus empati,merasakan apa yang dirasakan kliennya. Dia juga harus terbuka,menerima tanpa syarat,dan mempunyai rasa hormat dan menghargai
·         Konselor harus mampu membaca perilaku nonverbal klien.terutamayang berhubungan dengan bahasa lisannya
·         Adanya rasa kebersamaan,intim,akrab, dan minat membantu tanpa pamrih. Artinya ada keikhlasan,kerelaan, dan kejujuran pada diri konselor.
 
            E. Hubungan Konseling dan Keterlibatan klien.
            Jika terjadi rappot dalam hubungan konseling, berarti hubungan tersebut mencapai puncak. Artinya dalam kondisi ini, kondusif sekali bagi terterbukaan klien. Klien telat mulai membuang selubung resistensinya dan keengganannya, dan memasuki keterbukaan (disclosure). Jika klien sudah terbuka, maka dy akan terlibat dengan diskusi bersama konselor. Sebab dy sudah mempercayai konselor.
            Ada beberapa hal yang perlu di pelihara dalam hubungan konseling yakni:
1.      Kehangatan, artinya konselor mrmbuat situasi hubungan konseling itu demikian hangat bergairah, bersemangat.
2.      Hubungan rasa empatik, yaitu konselor merasakan apa yang dirasakan klien, dan memahami akan keadaan diri serta masalah yang dihadapi.
3.      Keterlibatan klien, yaitu terlihat klien bersungguh-sungguh mengikuti proses konseling dengan jujur mengumukakan persoalannya, perasaan nya, dan
keinginannya, selanjutnya dia bersemangat mengemukakan ide, alternatif dan upaya
   
 G.PROSES KONSELING
Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik.menurut brammer(1979) proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan memberi makna bagi peserta konseling tersebut (konselor dan klien.)
Setiap tahapan proses konseling membuktikan keterampilan-keterampilan khusus. Namun keterampilan-keterampilan itu bukanlah yang utama jika hubungan konseling tidak mencapai rapport.dinamika hubungan konseling ditentukan oleh penggunaan keterampilan konseling yang bervariasi.
Secara umum proses konseling dibagi atas tiga tahapan:
·         Tahap awal konseling
Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien atas dasar isu,keperdulian,atau masalah klien.adapun proses konseling tahap awal dilakukan konselor sebagai berikut:
(1)   Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
Hubungan konseling yang bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan konselor.hubungan tersebut dinamakan a working relationship.hubungan yang berfungsi,bermakna,berguna keberhasilan proses konseling amat ditentukan oleh keberhasilan tahap awal ini.
Kunci keberhasilannya terletak pada: pertama, keterbukaan konselor. Kedua,keterbukaan klien artinya dia dengan jujur mengungkapkan isi hati,perasaan,harapan,dan sebagainya.namun keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor.
(2)   Memperjelas dan mendefinisikan masalah
Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana klien telah melibatkan diri, berarti kerjasama antara konselor dengan klien akan dapat mengangkat isu,kepedulian,atau masalah yang ada pada klien.
Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya,walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala yang dialaminya.karena itu amatlah penting peran  konselor untuk membantu memperjelas masalah klien.demikian pula klien tidak memahami potensi apa yang dimilikinya, maka tugas konselorlah untuk membantu mengembangkan potensi,memperjelas masalah,dan membantu mendefinisikan masalahnya bersama-sama
(3)   Membuat penaksiran dan penjajahan
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan mengembangkan isu atau masalah, dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan,yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien,dan dia menentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah.
(4)   Menegosiasikan kontak
Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien. Hal itu berisi: kontrak waktu , artinya berapa lama diinginkan waktu pertemuan .

2. TAHAP PERTENGAHAN (TAHAP KERJA)
Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada :
(1)   Penjelajahan masalah klien
(2)   Bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajahi tentang masalah klien.

3.TAHAP AKHIR KONSELING (TAHAP TINDAKAN)
Pada tahap akhir konseling ditandai beberapa hal yaitu:
Ø  Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasaanya
Ø  Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif,sehat dan dinamik
Ø  Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
Ø  Terjadinya perubahan sikap positif,yaitu mulai dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar,seperti orang tua, guru, teman keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya.







BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Dari materi hubungan dan proses konseling bahwa hubungan seorang dengan orang lain yang datang dengan maksud tertentu hubungan itu bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perkembangan,kematangan,memperbaiki fungsi,dan memperbaiki kehidupan seseorang jauh lebih baik.
Menurut PROF.DR.SOFYAN S. WILLIS antara lain :
1.      Makna hubungan konseling
2.      Hubungan konseling dan agama
3.      Mengembangkan hubungan konseling
4.      Menciptkan rapport
5.      Hubungan konseling dan keterlibatkan klien
6.      Konselor yang resistensi
7.      Proses konseling

Konsep ini  mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri agar menuju yang lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA
Stewart,Norman R.,systematic counseling,prentice-hall,inc.,englewood cliffs,new jersey,1978

Hakikat manusia dan perlunya BKI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalannya tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada diriya. Walaupun demikian, tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal  diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh Bimbingan dan Konseling.
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa sajakah Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling?
2.      Apa yang dimaksud denganBimbingan dan Konseling?

C.     Tujuan

1.      Agar dapat memahami tentang pengertian dan latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling.










BAB II
PEMBAHASAN

Bimbingan dan Konseling diperlukan untuk membantu manusia dalam menyelesaikan persoalan-persoalannya yang telah dihadapinya dengan menggunakan kemampuan yang telah dimilikinya. Adapun Landasan-landasan mengapa diperlukannya Bimbingan dan Konseling dalam kehidupan kita dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti :
A.    Landasan Filosofi
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philos berarti cinta, danshopos berarti bijaksana.Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.Lebih luas, kamus Webster New Universal memberikan pengertian bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang didasari proses berfikir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau huku-hukum dasar yang mengatur alam semesta serta mendasari semua pengetahuan dan kenyataan, termasuk ke dalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafisika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, filsafat merupakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, selengkap-lengkapnya, serta setuntas-tuntasnya tentang sesuatu. Tidak ada lagi pemikiran yang lebih dalam, lebih luas, lebih tinggi, lebih lengkap ataupun lebih tuntas dari pada pemikiran filosofis.Disini akan diuraikan beberapa pemikiran filosof yang selalu terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu tentang hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan.
a)      Hakikat Manusia
Para penulis barat telah banyak yang mencoba untuk memberikan deskripsi tentang hakikat manusia (antara lain dalam Patterson, 1966, Alblaster & Lukes, 1971, Thompson & Rudolph, 1983). Beberapa di antara deskripsi tersebut mengemukakan :
§   manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dari mrmpergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya
§   manusia dapat belajar mwngatasi masalah-masalah yang dihadapinya, khususnya apabila ia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya
§   manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri, khususnya melalui pendidikan
§   manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk , dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.

b)      Tujuan Dan Tugas Kehidupan
Adler  (1954) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari kehidupan psikis adalah “menjamin” terus berlangsungnya eksistensi kehidupan kemanusiaan diatasbumi, dan memungnkan terselesaikannya dengan aman perkembangan manusia. Sedangkan Jung (1958) melihat bahwa kehidupan psikis manusia mencari keterpaduan, dan di dalamnya terdapat dorongan instinctual kearah keutuhan dan hidup sehat (dalam Witner & Sweeney, 1992). Lebih jauh, sebagai kesimpulan dari hasil studinya tentang cirri-ciri manusia yang hidupnya sehat,Maslow (dalam Witner & Sweeney, 1992) menegaskan bahwa da  ya upaya yang keras untuk terciptanya hidup yang sehat merupakan kecenderungan yang bersifat universal dlam kehidupan manusia. Dalam kaitan itu semua, Witner & Sweeney (1992) mengajukan suatu model tentang kebahagiaan dan kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan mempertahankannya sepanjang hayat. Kedua pemikir tersebut mengemukakan ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat dalam lima kategori tugas kehidupan, yaitu berkenaan dengan spiritual, pengaturan diri, pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
B.     Landasan Religius
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan beberapa unsur-unsur keagamaan terkait erat dalam hakikat, keberadaan, dan perikehidupan kemanusiaan. Dalam pembahasan lebih lanjut tentang landasan religious bagi layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga hal pokok, yaitu:
a.         Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adaah makhluk Tuhan,
b.         Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan
c.         Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membatu perkembangan dan pemecahan masalah individu.

C.     Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidng garapan bimbinga dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
a)         Motif dan motifasi,
b)        Pembawaan dasar dan lingkungan,
c)         Perkembangan individu,
d)        Belajar, balikan dan penguatan, dan
e)         Kepribadian.

D.    Landasan Sosial Budaya
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hdup seorang diri. Dimana pun dan bilamana pun manusia hidup senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun keturunan.

E.     Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan pelayanan itu secara berkelanjutan.
a.              Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu, serin juga disebut “ilmu pengetahuan”, merupaka sejumlah pengetahuan yang disusun secara logis dan sistematik. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui melalui pancaindra dan pengolahan oleh daya pikir. Dengan demikian, ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik.
b.         Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling, sebagaimana juga pendidikan, merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Dimuka telah diuraikan betapa psikologi, ilmu pendidikan, dan filsafat emberikan sumbangan yang besar kepada bimbingan dan konseling.
c.              Pengembangan Bimbingan dan Konseling Melalui Penelitian
Bimbingan dan konseling, baik teori maupun praktek pelayanannya bersifat dinamis dan berkembang, seiring dengan berkembangnya ilmu-ilmu yang memberikan sumbangan dan seiring pula dengan perkembangan budaya manusia pendukung pelayanan bimbingan dan konseling itu.
Penelitian adalah jiwa dari perkembangan ilmu dan teknologi. Apabila pelayanan bimbingan dan konseling diinginkan untuk berkembang dan maju, maka penelitian tentang bimbingan dan konseling dalam berbagai bentuk penelitian dan aspek yang diteliti harus terus-menerus dilakukan. Tanpa penelitian pertumbuhan pelayanan bimbingan dan koseling akan mandul dan steril.


F.      Landasan Pedagogis
Landasan Pedagogis mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan (dan konseling) merupakan salah satu bentuk pendidikan. Demikianlah, proses bimbingan dan konseling adalah proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan belajar dan sifat normative. Tujuan-tujuan bimbingan dan konseling memperkuat tujuan-tujuan pendidikan dan menunjang program-program pendidikan secara menyeluruh.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Bimbingan dan Konseling diperlukan untuk membantu manusia dalam menyelesaikan persoalan-persoalannya yang telah dihadapinya dengan menggunakan kemampuan yang telah dimilikinya. Adapun Landasan-landasan mengapa diperlukannya Bimbingan dan Konseling dalam kehidupan kita dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti: Landasan filosofi, landasan religius, landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan teknologis, landasan pedagogis.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Konseling yaitu Proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Bimbingan dan Konseling adalah Pelayanan khusus yang terorganisir, sebagai bagian integral dari lingkungan sekolah, yang bertugas dan bertujuan meningkatkan perkembangan siswa, membantu menyesuaikan diri, dan mencapai prestasi optimal sesuai potensinya.












DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, Amti Erman. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Walgito Bimo. 2010. Bimbingan + Konseling [Studi & Karier]. Yogyakarta: Andi